[Life Story] Merawat Persahabatan



Beberapa waktu lalu aku melihat postingan dari akun Magdalene tentang "Menjadi Perempuan Lajang di Tengah Teman-Teman yang Sudah Menikah". Dikatakan dalam postingan tersebut bahwa masih banyak orang bahkan teman terdekat sendiri yang menganggap perempuan lajang sebagai orang kesepian dan mereka yang sudah menikah sibuk menjodohkan teman yang lajang tersebut. Banyak yang berkomentar dalam postingan itu bahwa mereka memiliki pengalaman serupa. Lalu kemudian aku berkaca pada circle pertemananku sendiri.


Sedikit curhat nih ya. Rasanya semakin usia bertambah teman di dunia nyata terasa amat sedikit. Semakin lama semakin bisa mengelompokkan spesies pertemanan (lol). Maksudnya tuh kayak udah tau perbedaan teman alumni, teman kuliah, teman biasa, teman dekat, teman dekat banget, teman rasa saudara, sahabat kenthel, cuma tetangga, cuma teman bisnis, cuma teman pas ada maunya 😂 Apalagi nih kalau lagi terpuruk, bisa dilihat siapa aja yang ada di samping kita. Apalagi sejak menikah, rasanya malessss banget deket sama orang baru. Nih ya, anak masuk TK aja aku belum ada kenal wali murid sama sekali karena sekolahnya masih daring. Enngg tapi juga nggak kepingin kenal banget gitu 😂 Antara aku capek kalau ditanya 'asliku' mana, capek adaptasi dan aku emang introvert. Kok ya mending aku sibuk sama duniaku sendiri. 


Meski begitu aku nggak pernah sama sekali 'nggojloki' sahabatku yang masih lajang buat segera menikah. Lha ngapain kok ngurus banget hahah. Mending nih ya cari topik lain buat dibahas. Lagian menikah itu nggak kayak negeri dongeng. Rasanya biasa aja gitu, malah bebannya lebih banyak. Ngakuuuuuu hayo ??? 😂


Cerita dikit ya tentang sahabat-sahabatku. Aku punya beberapa sahabat, sahabat dari masa remaja dan masa kuliah. Pertama, sahabat masa remaja kalau dipikir-pikir cuma satu doang, Anita namanya. Beliau ini masya Allah.... recehnya ampun deh. Aku kenal beliau pun dari keisengan beliau menelponku dari wartel jaman SMP, nge-prank nelepon kalau gebetanku (saat itu) jatuh dari motor. Kan kesel yah 😂 Akhirnya dari situ Anita suka datang ke kelasku. Pernah satu kelas waktu kelas 3 SMP dan 3 SMA, jurusannya juga sama IPS. Ke mana-mana sering bareng. Pokoknya kami punya 'kartu As' masing-masing. Persahabatan kami berlanjut sampai kami menikah dan punya anak. Beliau juga yang membantuku saat ASIku seret, bahkan yang paling repot nyiapin traktiran dan kado buatku waktu aku pindah ke Jogja.


Kedua adalah sahabat kuliah. Ceritanya nih, jaman KKPPL (sebut aja praktek ngajar di lapangan karena aku jurusan keguruan) aku nggak dapat kelompok sama sekali. Ugh rasanya tuh kampret banget hahaha. Sebenarnya aku mau satu kelompok sama teman dekatku, sebut aja si M, tapi nggak jadi karena nunggu satu teman lain, si C, yang pingin bareng bertiga. Eh ternyata si C ini pengkhianat sekali. Dia nggak tau deh ngacir ke mana. Akhirnya aku dan si M memutuskan nggak satu kelompok karena nggak mungkin dong berdua aja sedangkan yang dibutuhkan adalah 5 orang. Akhirnya aku pasrah biar pihak kampus yang menentukan. Aku masuk di kelompok kelas reguler. Kelas reguler ini kelas A yang masuknya jalur SNMPTN sedangkan aku kelas B yang masuknya jalur mandiri.


Persahabatan kami dimulai dari sini. Awalnya kami nggak saling kenal karena jadwal kelas A dan B berbeda. Ketemunya kalau lagi ada mata kuliah yang umum aja, jarang say Hi gitu lah. Awal kenal rasanya kagok banget tapi karena anak kelas A ini suka receh jadi akhirnya aku terbawa suasana. Sampai akhirnya kami selesai praktek dan lulus kuliah.


Lama berpisah karena aku pulang kampung ke rumah orangtua, dan mereka melanjutkan kehidupannya juga. Beberapa dari kami sudah menikah, tinggal satu orang yang belum bahkan masih melajang sampai saat ini. Detailnya kenapa, tidak akan aku bahas di sini ya hehe. 


Jujur, aku sendiri nggak pernah sama sekali ngeledekin sahabatku ini macam-macam. Kayak ya udah biar aja masih lajang. Malah aku tetap mendorongnya untuk puas-puasin sendirian, karena kalau menikah bebannya ampun dah kalau masih waras udah syukur 😂😂😂😂 Eh bukannya aku nggak bersyukur loh ya, tapi aku cuma menyampaikan realita 😀😀😀


Kalau dihitung sih usia persahabatanku sudah mencapai 10 tahun bahkan lebih. Kalau menurut pakar itu sudah sangat istimewa 💓 So, gimana sih cara merawat persahabatan apalagi sudah melewati berbagai hal tentu saja bisa berbeda fase kehidupan. Ini beberapa tips dari aku ya.


1. Tidak Perlu Tahu Sebenarnya

Sahabat baik nggak selalu kepo dan terlalu mencampuri urusan sahabat. Apalagi sudah berusia dewasa. Jujur, aku sendiri nggak terlalu banyak bertanya apalagi mengintimidasi sahabatku sendiri. Aku menyadari aku sendiri punya masa lalu, sahabatku pun begitu. Tapi mari berkaca apa harus selalu tau cerita masa lalu sahabat, siapa mantan pacarnya, bagaimana caranya menjalani hubungan. Aku pribadi memilih untuk menanggapi apabila sahabatku sendiri yang bercerita atau meminta pendapat.


2. Memahami Ritme Kehidupan

Mungkin yah kalau waktu remaja maunya ke mana-mana selalu bersama. Naik motor bareng, nongkrong bareng. Cerita itu sudah berbeda ketika dewasa apalagi setelah lulus sekolah atau kuliah. Ada yang memilih bekerja, ada yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Hal kecil seperti sekedar meet up sudah jarang sekali dilakukan. Tapi apakah melunturkan persahabatan? Tentu nggak ya. Era digital sekarang masih ada chatt whatsapp, untuk sekedar bertanya kabar sudah cukup. Toh mereka juga punya masalah masing-masing dalam pekerjaan ataupun rumah tangga.


3. Menghargai Keputusan Sahabat

Terkadang sesama sahabat saling curhat berujung pada mencari solusi. Ya udah kasih aja solusi sepantasnya menjadi sahabat. Kalau sahabat mau nerima alhamdulillah, enggak juga nggak apa-apa. Kadang orang bertanya itu bukan untuk mendapat solusi tapi sekedar meyakinkan diri sendiri bahwa keputusan yang dipilih yang terbaik.


4. Tetap Saling Mengandalkan dan Mendukung

Sahabat apalagi sudah terjalin lebih dari 10 tahun sudah seperti satu jiwa. Tetaplah saling mengandalkan. Hadir apabila diminta pertolongan dan tetap saling mendukung apapun yang dilakukan sahabat. Tetap di sisinya dalam hal terpuruk sekalipun.


5. Berbicara Sesuai Adabnya

Belajar cari topik yang sesuai dengan hobi atau favorit bersama. Janganlah mengintimidasi sahabat yang berbeda pandangan dengan kita. Ibarat nih ya satu orang dicubit, yang lain juga ikut sakit. Misal nih ada sahabat yang memilih untuk tidak menikah dulu atau menunda momongan dulu karena berbagai pertimbangan. Lah, masak iya kita sibuk mengomentari pilihan hidup mereka? Lah kalau hobinya ngejelekin, nggak nyambung, ngomongin yang bertolak belakang sama prinsip hidup orang yakin itu sahabat?? 😂😂😂


Yap segitu dulu tips merawat persahabatan dari aku. Kalau kamu gimana nih?


Anggi,

Jogja, 12 November 2021


You Might Also Like

0 komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Nanti saya kunjungin balik :)