Curhat Emak - It Takes a Village to Raise a Child
gambar : Pinterest Pepatah dari Afrika ini emang benar adanya bahwa butuh orang sekampung untuk mendidik seorang anak. Aku menulis ini berangkat dari kebaperanku sebagai seorang ibu. Mau cerita dikit deh, aku baru pindah ke kota suami, Jogja, bulan April 2021 kemarin. Terhitung aku baru dua bulan dan sampai saat ini aku masih beradaptasi. Terlebih adaptasi lingkungan yang sangat jauh berbeda dari lingkunganku. Aku besar di lingkungan perumahan sampai akhirnya menikah dan suami Qadarullah ada satu hal, jadi kembali lagi ke kampung halamannya di sini. Lingkungan suami termasuk daerah pedesaan, meskipun dekat dengan kecamatan, kalau aku sebut sih kecamatan ini masuk agak 'kota' karena emang terletak dekat pinggir jalan raya provinsi artinya dekat sekali dengan akses publik. Jadi nggak desa banget gitu. Meskipun begitu aku sendiri masih sangat beradaptasi dengan lingkungan di desa, entah dari kultur, fasilitas publik seperti pasar yang hanya buka di hari jawa (Pon dan Kliwon), termasuk beradaptasi dengan tetangga dan anak-anaknya. Didikan Berbeda dari Para Orangtua Aku paling ketat soal mendidik anak. Aturan tak tertulis seringkali yang aku lakukan pada anak mengikuti aturan keluargaku ketika aku kecil bahkan terbawa sampai dewasa. Salah satu aturan yang 'harus banget' ditaati adalah perihal jam tidur siang. Aku biasa mendisiplinkan anak untuk tidur siang karena anakku sendiri adalah anak yang tipe cranky kalau ngantuk. Seiring bertambah usia, kadang dia nggak mau tidur siang tapi malah jadi tidur kesorean dan bangun deket isya'. Sebel dong emaknya. Nah waktu pertama kali datang ke desa, aku agak 'kaget' aja sama kebiasaan anak-anak di sini yang dibiarin main seharian nggak dicariin. Awalnya aku agak melonggarkan aturan ke anak, yah biar dia adaptasi juga sama teman baru, pikirku waktu itu. Eh tapi kok keterusan 😂 Terasa sia-sia emak membuat aturan tak tertulis ini. Lama-lama nih anak tetangga kalau main ke rumah sampai siang nggak mau pulang, betah banget. Mau disuruh pulang tapi anak tetangga. Nggak mau juga cari masalah sama tetangga apalagi orang baru. Waktu aku perhatiin lagi, rata-rata anak desa di sini begitu. Rata-rata loh ya, nggak semua. Pagi setelah sekolah online, mereka main sampai siang deket ashar. Lanjut lagi main habis maghrib sampai deket isya'. Aku cuma batin, orangtuanya ke mana kok nggak teriakin buat pulang, anaknya apa nggak takut diculik orang 😂 Apa saking percayanya sama anak? Apa nggak sungkan sama warga baru? Apa dikira semua keluarga punya aturan sama kayak dia? 😃😂 Lelah aku bertanya-tanya. Akhirnya suami ikut angkat bicara, kalau emang begitu kebiasaan orang desa kebanyakan, anaknya dibiarin. Wah, nggak bisa gitu terus dong, sanggahku. Okey, kembali lagi ke peraturan jam tidur siang. Lama-lama anakku aku kasih pengertian, kalau siang harus tidur. Awalnya alot banget, seperti biasa. Makin lama agak nurut, karena : Anak Agak Dijauhin Teman-Temannya Ini sebenernya bikin aku baper, banget. Anak agak dijauhin temannya. Anak aku baru umur 4,5 tahun dan agak susah cari teman bermainnya yang sepantaran di sini. Adapun jarang keluar. Sedangkan anakku tipenya extrovert, walau emak introvert, maka harus membantunya mengeluarkan 'energi'nya salah satunya adalah dengan mencari teman sepermainan. Nah, usia anak-anak yang aku ceritain di awal itu rata-rata anak SD dari 7 tahun sampai 10 tahun. Hobinya main sepedaan, kejar-kejaran, gobak sodor, main ayunan pohon, yang standarnya sih emang nggak bisa 'masuk' ke usia anakku. Kalau aku perhatiin dari karakternya, ada anak yang emang suka 'ngebebek' alias ya ikut-ikut aja dan ada anak yang lagaknya seperti 'boss genk', menang sendiri dan suka ngehasut teman-temannya (hayoo sapa yang waktu kecilnya begini 😂😂😂). Si boss genknya nggak cuma satu, tapi tiga orang 😂 Singkat cerita, si boss genk ini (cowok dan cewek paling tua di situ) mulai deh ngehasut yang lain buat nggak berteman sama anakku. Awalnya waktu main di malam hari, karena anakku kesepian dan emang dari sore nggak keluar rumah, jadi dia ngajak main ke tetangga yang ternyata rame anak malam itu. Eh si anak itu tiba-tiba ngajak teman yang lain masuk dong... Kesel dong aku, kayak mikir, emang anakku salah apa 😂 Ya udah, aku langsung bawa anakku masuk dan ngebujuk dia biar dia nggak sedih karena ditinggal teman-temannya. Beberapa hari selanjutnya waktu pagi hari, aku belanja ke warung, pulangnya mampirkan anakku ke anak yang seumuran dia. Eh ternyata ada si boss genk cilik (6 tahunan) yang bertingkah lagi. Anakku pegang sepedanya dikit udah langsung ditarik sepedanya. Terus endingnya bisik-bisikin anak lainnya biar nggak main sama anakku. Anakku aku beri pengertian biar nggak ikutan mereka. Untungnya anakku cepat ngerti, jadi anakku diem aja sambil nyemil jajan. Curhat ke Tetangga Namanya juga emak-emak kalau ketemu apalagi kalau bukan ngomongin soal anak kan? Nah waktu pagi itu aku sekalian curhat sama ibunya anak yang seumuran anakku, kalau aku sebel sama anak yang suka hasut teman lain biar nggak berteman sama anakku. Syukurnya, emak itu juga jadi cerita, dan bilang kalau anak itu emang gitu 😂 bahkan anaknya sendiri dibikin nangis sama kakaknya si boss genk ini. Haduh, ni masih bocah kok tingkahe cilik mekithik, kwkwkk. Dan si boss genk ini agak nggak punya adab di rumah orang, karena ya itu tadi suka dibiarin anaknya main terus nggak peduli si anak ngapain di rumah orang, bener apa enggak. Akhirnya si mbak tetangga ini tadi yang 'cerewetin' si anak itu biar di rumah orang nggak sembarangan. Kalau aku jujur, masih belum berani negur, paling aku sindir aja. Ada tipe anak suka wadhulan, alias tukang ngadu. Takut aja kalau tiba-tiba dia ngaduin ke orangtuanya dan aku orang baru. Nah mau jadi apa aku? Tempe bacem? 😂 Penutup Pembukaannya lama amat yah.. Intinya memang nggak cukup mendidik anak cuma di lingkungan rumah yah. Kadang di rumah sudah diajarin baik-baik, eh di luar anaknya keikut arus teman-temannya. Kadang juga sebaliknya, anak di rumah kurang dipedulikan orangtua di rumah jadi tetangga atau lingkunganlah yang sering mengingatkan dalam kebaikan. Nggak cuma soal mengintimidasi kawan, tapi juga soal adab sopan santun, dll. Apalagi era digital begini tentu harus dengan pengawasan ketat dan memang harus didampingi penuh ya, si kecil nonton apa, main game apa. Kalau bisa emang berusaha masuk ke dunia mereka. Kadang nih ya aku suka berandai-andai, coba saja ada komunitas parenting masuk ke pedesaan seperti ini. Kebanyakan kan seminar parenting hanya ada di online (yang aku tau lho ya) atau di sekolah-sekolah tertentu. Lebih baik lagi kalau komunitas tersebut juga bergerak ke penjuru desa terlebih yang minim akses internet, sehingga bisa menumbuhkan fitrah anak-anaknya juga membentuk adab secara merata. Wah keren banget kan yah. Apapun itu selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar kita selalu dimudahkan oleh Allah untuk mendidik anak yah, bun. Ada satu doa yang sering aku panjatkan setelah selesai shalat yakni doa Nabi Ibrahim As yang tertuang pada QS As Shafaat ayat 100 :
gambar : Twitter @teladanrasul Ini Kata Anggi, Bagaimana dengan Kata Kamu ? Jogja, 15 Juni 2021 Anggi |
4 komentar
Kalau saya beda nih, sekarang nggak mengharuskan anak tidur siang lagi, terutama si kakak, soalnya kalau dia tidur siang, malamnya susah banget bisa tidur, akhirnya bangun Subuh, mamaknya jadi singa, hahaha.
BalasHapusBtw, mendidik anak memang duuhhh spechless deh, butuh kedekatan ekstra sih menurut saya, agar anak tetap teguh dengan aturan kita, meski masuk dunia luar.
Yang lebih penuh tantangan itu, mendidik anak bercampur dengan didikan kakek/ nenek.
Ambyar sudah :)
wahhh iya itu malah kadang sayanya yg kalo tidur siang suka 'kancilen' kata orang jawa :))
Hapusduuh bener mbak... paling susah kalo sama kakek nenek tersayang..... malah cenderung dimanja.....
Memang sebel ya kalau anak ketemu temen yang model bos geng itu. Kalau saya liat anak model gitu lagi bertingkah, biasanya saya kasih tatapan singa. Ntar kalau ngadu, saya bilang aja emang muka saya aslinya kek gitu hihihi
BalasHapushahahah iyaa kadang saya kasih tatapan sinis mbak... wah bener nih ngelesnya hihii
HapusTerimakasih sudah meninggalkan komentar. Nanti saya kunjungin balik :)