BTS

Fenomena BTS dan Cerita Fangirling

 

sumber : hot.detik.com

Suatu hari di hari yang sangat tenang, tiba-tiba putri semata wayangku berteriak, "Ma, ayo beli McD BTS!" Gedubrak! Ett dah, padahal emaknya nggak pernah ngasih tau tentang BTS walau emak Kpopers dan beda fandom. 

Hari gini siapa sih yang nggak tau BTS, dari bocah sampai dewasa udah jadi Army. Walau bukan fans berat Kpop, minimal lah tau mukanya aja lewat iklan marketplace hijau dan iklan bank. Sederet penghargaan sudah mereka genggam. Penjualan album hingga menjapai 8,8 juta keping (catatan Desember 2020), hingga menjadi brand ambassador berbagai macam produk yang membantu peningkatan penjualan produk tersebut dalam waktu singkat seperti membuktikan kesuksesan BTS tidak layak dipandang sebelah mata. Nah, baru-baru ini restoran ayam cepat saji menggandeng BTS dengan tambahan sauce khas McD Korea dan tentu saja packagingnya yang sangat BTS sekali...warna ungu 😍😍😍 Tentu saja dooong kekuatan Army yang super duper ini merajalela di hampir seluruh gerai McD demi mendapat packagingnya yang unyu. Aku sendiri bukan big fans-nya BTS tapi ngeliat fandom lain kayak gini tuh jadi ikut seneng aja. Sampai anakku ikut 'teracuni' karena melihat banyaknya review McD x BTS ini tayang di Youtube. 


sumber : hotliputan6.com


Pro dan Kontra 

Fenomena kayak gini tuh tentu saja banyak menimbulkan banyak pro kontra yah. Apalagi suasana masih pandemi seperti ini tentu saja kerumunan delivery food tak terbendung. Kalau yang aku baca di berita bahkan ada gerai yang ditutup paksa sama polisi. Tapi, sisi positifnya, adanya antrian ini juga menjadi ladang rezeki untuk para ojek online, dari cerita mereka yang mendapat uang tip besar dari para Army. Jangan salah, fans Kpop itu banyak yang sangat royal. Jadi kayak dua sisi mata uang yang berlainan, saling nempel.


Cerita Fangirling

Sebenarnya fangirling itu nggak cuma terjadi di era BTS ini aja. Hello, kamu yang kelahiran 90-an apa tidak merasa pernah menjadi fans Westlife, F4, Backstreet Boys, Nsync, Boyzone, dll. Atau mau agak lokal dikit ada boyband G4UL yang digawangi Saiful Jamil, dkk, hihii... (ketauan umur). Sedikit cerita nih, dulu aku penggemar Westlife dan F4. Sebagai remaja yang baru menetas, pindah selera dari lagu Trio Kwek Kwek ke lagu-lagu cinta, tentu saja aku sangat bahagia sekali waktu nemu poster boyband kesayanganku nangkring di lapak majalah dekat rumah. Omku malah belikan aku banyak poster F4 kala itu. Aku pun betah ke perpustakaan buat baca majalah remaja buat nyari kabar tentang mereka.



Lanjut lagi waktu ramai Kpop Gen2, yah you know lah para Kpopers udah bisa nebak siapa saja Kpop Generasi kedua. Ramainya fenomena Kpop ini mulai memanggil hasratku. Seperti biasa namanya juga fans baru pasti heboh nungguin lagu baru mereka, baca cerita fanfiction dari blog orang (dulu belum ada Wattpad), nontonin reality show mereka walau cuma ngambil dari warnet, wakakak. Sungguh sederhana sekali fangirlingku jaman dulu. Berbeda dengan era digital sekarang yang lebih mudah mendapatkan merchandise atau printilan lain menunjang hasrat fangirling. Walau berbeda tapi rasa bahagianya sama. Barangkali itu juga yang dirasakan oleh Army saat bisa mendapat packaging BTS x McD super unyu.

Menurut pengalamanku pribadi, jadi Kpopers itu ada beratnya juga, coy. Merasa kudu banget ngestalk tentang kepribadian dan keseharian mereka. Belum lagi mantengin V-live, reality show, ikut komunitas fandom, beli merchandise, bonusnya nabung buat nonton konser. Berat diongkos, kalau aku sih hihi... Tapi semakin dewasa bahkan udah jadi orangtua semakin bisa mengatur waktu, jadi kegiatan fangirling udah mulai berkurang dan bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Nggak ada yang salah dengan fangirling. Yang salah adalah saat kegiatan fangirling menjadi boomerang buat kita yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengikuti kegiatan mereka tanpa jeda, membeli merchandise atau printilan Kpop dengan memaksakan diri agar terlihat sebagai fans sejati. Aku coba uraikan beberapa 'jebakan' Kpop menurut pendapatku pribadi :

Menjadi Konsumerisme

Nah fenomena McD x BTS ini adalah strategi marketing yang menyasar para fans yang dikenal loyal dan fanatik. Apalagi para Army memperlakukan BTS sebagai referensi utama dan panutan dalam perilakunya setidaknya dalam 4F yakni fashion, fun termasuk musik, film, dan food. Strategi marketing kreatif ini terbukti sangat efektif. Hal negatifnya sih bisa bikin kita terjebak FOMO, apalagi sifat manusia yang selalu menghindari resiko termasuk resiko tertinggal. Menjadi salah apabila membeli suatu produk berbau Kpop (dalam hal ini membahas Kpop ya) dengan memaksa. Ditambah mindset kalau nggak beli barang itu bukan fans sejati. Sebaiknya kita sebagai fans harusnya bijak dalam membeli sesuatu. Mungkin dari orangtua yang mulai menanamkan bijak dalam membeli, mengingat para fans Kpop tidak hanya dari usia dewasa tapi juga remaja tanggung yang masih sangat butuh pengarahan. Mungkin bisa juga dari lingkungan komunitas fandom yang juga turut memberikan edukasi bijak mengenai budaya konsumtif tadi. Contoh, nggak apa-apa kok nggak harus beli merch, dukung aja cukup. Kalau belum ada uangnya nggak apa-apa kok nggak beli album dulu toh tidak mengurangi rasa kebanggaan pada idola. Pengalamanku memantau fans di fandomku, MyDay (i'm a fan of Day6 btw), MyDay di twitter cukup bijak dalam memberi edukasi ke para fans termasuk fans baru. Pernah aku mendapati twitter dari adminnya, dia bilang, ya nggak apa-apa kalau kalian emang belum mampu beli dan nonton konsernya. It takes a village to raise a child ye kan?

Rentan War dan Bully

Era Kpop Generasi kedua jujur, aku belum pernah ngeliat war sih (or maybe aku nggak tau?). Soalnya bebas aja gitu ngeship member satu dengan yang lainnya bahkan sampai bikin video gabungan mereka berdua dijadiin satu adegan ala drama korea, kalau sekarang nyebutnya manip (ya ala ala gitu lah). Hanya sekarang terasa 'war'nya yah 😀😀 Entah karena ngeship atau karena idolanya nggak menang penghargaan 😀😀 

Pembullyan pun juga masih kerap terjadi antara fans kpop vs non kpopers, dan antar fandom itu sendiri. Apalagi di twitter sering suka ada yang ngatain, "ava korea cringe". Padahal yang cringe cuma seorang lho kok seolah jadi nyinyirin semuanya 😂 Ada juga para non Kpopers yang selalu merasa dirinya menjadi 'wah' karena nggak suka Kpop, ngatain muka plastik, dll. Ngapain sih ngatain, capek amat 😂

Ada lagi Ageism dalam fandom. Ageism adalah diskriminasi soal usia memang marak di industri K-pop, di mana para idola sudah “dikarbit” sejak usia semuda 12 tahun. Udah tau lah ya sepak terjang mereka dimulai dari masih piyik banget. Nah, Ageism ini ternyata juga sebuah paradoks dalam budaya Korea yang menjunjung tinggi hierarki berdasarkan umur dan selalu mendahulukan orang yang lebih tua, hingga tahun 2009 pemerintah Korsel mengesahkan UU tentang Larangan Diskriminasi Usia dalam Pekerjaan, yang tidak mengizinkan diskriminasi usia dalam perekrutan, upah, kenaikan pangkat, dan pemutusan hubungan kerja. Dalam fandom sendiri juga ada diskriminasi seperti itu. Misal nih usia 30an dianggap masih seperti anak kecil karena masih suka Kpop. Jadi inget dramanya Park Min Young 'Her Private Life' yang tak mau membuka jati dirinya menjadi Kpopers karena statusnya sebagai kurator dan sudah dewasa.

Tidak Belajar Manajemen Waktu

Belajar mengatur waktu keliatannya mudah tapi emang susah. Ngebagi waktu antara belajar dan kegiatan lain sama ngefangirling! Yuk ah jangan habiskan waktu untuk selalu pantau berita idola, i mean, sampai rebahan seharian nggak ngelakuin apa-apa gitu. Kalau mau fangirling jadi fans berprestasi juga, minimal rajin belajar atau tetap sediakan waktu untuk kegiatan lain secara fokus. Toh itu juga untuk kebaikan dan nilai tambah untuk diri sendiri ya kan?

Over Bucin

Hal paling sering terjadi kalau fangirling itu apa yok, ngaku-ngaku jadi istrinya idola 😂 Boleh sih tapi kurangin dikit aja kadarnya gitu 😁 Kurangin juga bilang 'rahim anget', ini seperti merendahkan diri sendiri lhoo shayyy. Jangan yah shaayy. Harga diri kita mahal.

Meski ada 'jebakan' yang kelihatannya negatif, eh tapi jadi fans Kpop juga banyak kegiatan positifnya. Prestasi terbesar adalah 16 fandom berdonasi untuk korban bencana alam hingga mencapai Rp 1,4 M! 💜💜 Fantastis bukan?

Sebagai penutup, meskipun kita punya idola sendiri tapi semoga menjadi manusia yang lebih bijak lagi yah. Jangan sampai mengidolakan seseorang merubah kita menjadi orang yang mubazir bahkan sampai menganiaya diri sendiri. Nauzubillah... 

Ini Kata Anggi,
Bagaimana dengan kata kamu?

Jogja, Juni 2021
Anggi

Sumber bacaan :
https://magdalene.co/story/hadapi-ageism-ini-cara-idola-perempuan-bertahan-dalam-industri-k-pop
https://gensindo.sindonews.com/read/315306/700/16-fandom-k-pop-indonesia-kumpulkan-rp14-miliar-untuk-korban-bencana-fans-bts-dan-exo-terdepan-1611716511
https://www.kompas.tv/article/182690/belajar-strategi-pemasaran-mcd-lewat-bts-meal-dari-kacamata-akademisi-ugm?page=all

You Might Also Like

6 komentar

  1. animo pasar memang selalu berubah-rubah, nanti setelah animo BTS selesai, kira-kira apalagi ya? haha

    tapi memang keren marketing yang dipakai Mekdi, pandai melihat animo masyarakat yang sedang menggemari Kpop

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes... memang keren strateginya... apalagi tipe masyarakat indonesia itu emoh ketinggalan tren.. :)

      Hapus
  2. Kalau di indonesia kayanya bukan ke grup boys band deh. Tapi lebih ke grup band, yg punya fans setia sbg mana era tahun 2000-an awal..

    You knowlah, di era itu ada beberapa band sejuta umat spt SO7, padi, dewa, atau peterpan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa... kalau indonesia terkenal bukan boyband, eh tapi ada kok era 90an kalau tau nama Lingua, Trio Libels, ya tapi nggak sefanatik kayak Kpop

      Hapus
  3. Hmm.. kaya diingetin masa-masa sebelum ada BTS, kita dulu taunya backstreet boys, N'sync, westlife, paling dari asia taunya F4

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyes betul... itu aja udah heboh tiap ada majalah beritanya mereka ye kan

      Hapus

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Nanti saya kunjungin balik :)