Review Anggi

Halaman

  • Beranda
  • About Me
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Sitemap
  • Terms and Conditions
  • Home
pic by Pixabay


Annyeong..

Punya anak lumayan agak kritis itu sebuah anugerah, walau kadang pertanyaannya masih bikin emak shock. Aku mau sharing tentang anakku, Anjani, yang udah mulai agak kritis di usia 4,5 tahun ini. Surprisingly, dia udah mulai nanya tentang kehamilan. Awalnya karena Anjani melihat isi buku posyandunya yang warna pink itu, banyak gambar ibu hamil dan bayi yang baru lahir. Anjani mulai nanya, kenapa ibu di buku bisa hamil, mama bisa hamil. Oke, aku pun tidak menutupinya. Aku bilang kalau mama bisa hamil karena menikah sama papa, saya beri tau dia foto-foto pernikahan kami. Jadi hamil itu harus menikah dulu. Udah cukup sampai di situ. Padahal dalam hatiku masih sangsi, bener nggak ya jawabnya gini, hahaha... Apalagi untuk usianya yang masih balita, nggak mungkin dong ya jelasin sampai detail? Kemudian aku coba lanjutkan lagi, sambil aku lihatkan video animasi janin di channel Youtube, kalau bayi itu ada di dalam rahim, tumbuh besar mulai dari jari-jari hingga bentuk sempurna di dalam rahim dan lahir lewat vagina. So, gimana sih cara menjelaskan sama si balita kalau nanya tentang kehamilan?

Santuyyy

Tips pertama, emaknya santuyyy dulu... jaman sekarang beda sama jaman dulu yang kalau bahas seks dianggap tabu. Jadi kalau jaman sekarang sebisa mungkin kita bawa santai aja bund pertanyaan ajaib mereka walau sedikit kaget. Kalau misal nih mentok nggak bisa jawab, ya udah ditunda dulu, bisa bilang 'nanti kita cari jawabannya bareng-bareng yah' dan tepati itu bund. Kalau nggak ditepatin biasanya si anak ngejar terus sampai dapat jawabannya. 

Jujur namun Tetap Hati-Hati

Jawab jujur apa adanya, tapi tetap pilih kata yang pas untuk anak. Jangan ada yang dibelokkan, misal nih ya bilang aja kalau adek bayi itu di dalam rahim, alih-alih bilang di perut. Perut itu tempat makanan, kalau rahim itu tempat adek bayi. Nah, waktu Anjani kujelasin kayak gini, sontak aja dia jawab 'aku juga punya ya? aku bisa hamil?'. Jeng jeng..... aku langsung bilang, 'lho iya, Anjani bisa hamil tapi nanti kalau udah menikah kayak papa mama'. 

Bercerita tentang Dirinya

Salah satu strategi yang 'ngena' di anak adalah menceritakan dirinya sendiri. Aku juga memperlihatkan foto-foto USG jaman hamil Anjani juga. Anjani juga di rahim mama dulu, tumbuh besar lalu lahir lewat vagina dibantuin perawat. Clear. Anjani terpuaskan.

Bisa juga nih bunda kalau mau nambahin jawaban berlandaskan agama. Arahkan jawaban anak kepada :

  • (Sifat-sifat) Allah Sang Pencipta dan kekuasaan-Nya;
  • Bagaimana Dia menghidupkan makhluk tak bernyawa;
  • Bagaimana Dia mencabut nyawa makhluk hidup;
  • Bagaimana Dia menciptakan Adam dari tanah;
  • Kemudian bagaimana Dia menciptakan anak keturunan Adam di dalam rahim para ibu, setelah Dia menciptakan Adam tadi;
  • Bagaimana hebatnya kekuasaan Allah tampak pada penciptaan rahim, padahal rahim bisa berisi manusia; sebuah tempat yang sesuai untuk tinggalnya si janin selama tempo tertentu;
  • Bagaimana si janin berubah-ubah, dari nuthfah (mani), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah), selanjutnya berubah menjadi mudhghah (segumpal daging) yang sempurna maupun yang mengalami keguguran.
Demikian pula, bunda bisa mengarahkan pembahasan kepada kekuasaan Allah, penciptaan-Nya, perhatian-Nya (kepada makhluk), serta hikmah-Nya. (Jelaskan juga) tentang rezeki dari Allah untuk (si janin) yang hidup di rahim ibunya, padahal si janin tak punya kekuatan apa-apa, dan ibunya pun tidak bisa memberi rezeki kepadanya.

Si ibu juga bisa menjelaskan tentang ajal yang Allah tetapkan bagi si janin. Kemudian dengan kuasa Allah, Dia keluarkan si janin dari rahim ibunya, sebagaimana Dia “mengeluarkan” anak ayam dari telur.

(sumber : https://muslimah.or.id/5425-anak-bertanya-tentang-mekanisme-kehamilan-bagaimana-menjawabnya.html)

Kalau aku belum menjelaskan sedetail itu karena dilihat dari usia anakku yang masih balita. Penjelasanku hanya sebatas bahwa Allah itu menciptakan manusia dan meniupkan ruh ke dalam rahim lalu berkembang menjadi janin kemudian bayi.

Seperti itulah sedikit ceritaku. Semangat menjadi orang tua pembelajar!

Ini Kata Anggi.
Bagaimana dengan Kata Kamu?

Jogja, 21 Juni 2021
Anggi
  • 4 Comments

gambar : Pinterest


Pepatah dari Afrika ini emang benar adanya bahwa butuh orang sekampung untuk mendidik seorang anak.

Aku menulis ini berangkat dari kebaperanku sebagai seorang ibu. Mau cerita dikit deh, aku baru pindah ke kota suami, Jogja, bulan April 2021 kemarin. Terhitung aku baru dua bulan dan sampai saat ini aku masih beradaptasi. Terlebih adaptasi lingkungan yang sangat jauh berbeda dari lingkunganku. Aku besar di lingkungan perumahan sampai akhirnya menikah dan suami Qadarullah ada satu hal, jadi kembali lagi ke kampung halamannya di sini. Lingkungan suami termasuk daerah pedesaan, meskipun dekat dengan kecamatan, kalau aku sebut sih kecamatan ini masuk agak 'kota' karena emang terletak dekat pinggir jalan raya provinsi artinya dekat sekali dengan akses publik. Jadi nggak desa banget gitu.
Meskipun begitu aku sendiri masih sangat beradaptasi dengan lingkungan di desa, entah dari kultur, fasilitas publik seperti pasar yang hanya buka di hari jawa (Pon dan Kliwon), termasuk beradaptasi dengan tetangga dan anak-anaknya.

Didikan Berbeda dari Para Orangtua

Aku paling ketat soal mendidik anak. Aturan tak tertulis seringkali yang aku lakukan pada anak mengikuti aturan keluargaku ketika aku kecil bahkan terbawa sampai dewasa. Salah satu aturan yang 'harus banget' ditaati adalah perihal jam tidur siang. Aku biasa mendisiplinkan anak untuk tidur siang karena anakku sendiri adalah anak yang tipe cranky kalau ngantuk. Seiring bertambah usia, kadang dia nggak mau tidur siang tapi malah jadi tidur kesorean dan bangun deket isya'. Sebel dong emaknya. Nah waktu pertama kali datang ke desa, aku agak 'kaget' aja sama kebiasaan anak-anak di sini yang dibiarin main seharian nggak dicariin. 

gambar : Pixabay

Awalnya aku agak melonggarkan aturan ke anak, yah biar dia adaptasi juga sama teman baru, pikirku waktu itu. Eh tapi kok keterusan 😂 Terasa sia-sia emak membuat aturan tak tertulis ini. Lama-lama nih anak tetangga kalau main ke rumah sampai siang nggak mau pulang, betah banget. Mau disuruh pulang tapi anak tetangga. Nggak mau juga cari masalah sama tetangga apalagi orang baru.
Waktu aku perhatiin lagi, rata-rata anak desa di sini begitu. 
Rata-rata loh ya, nggak semua. 

Pagi setelah sekolah online, mereka main sampai siang deket ashar. Lanjut lagi main habis maghrib sampai deket isya'. Aku cuma batin, orangtuanya ke mana kok nggak teriakin buat pulang, anaknya apa nggak takut diculik orang 😂 Apa saking percayanya sama anak? Apa nggak sungkan sama warga baru? Apa dikira semua keluarga punya aturan sama kayak dia? 😃😂 Lelah aku bertanya-tanya. Akhirnya suami ikut angkat bicara, kalau emang begitu kebiasaan orang desa kebanyakan, anaknya dibiarin. Wah, nggak bisa gitu terus dong, sanggahku. Okey, kembali lagi ke peraturan jam tidur siang. Lama-lama anakku aku kasih pengertian, kalau siang harus tidur. Awalnya alot banget, seperti biasa. Makin lama agak nurut, karena :

Anak Agak Dijauhin Teman-Temannya

Ini sebenernya bikin aku baper, banget. Anak agak dijauhin temannya. Anak aku baru umur 4,5 tahun dan agak susah cari teman bermainnya yang sepantaran di sini. Adapun jarang keluar. Sedangkan anakku tipenya extrovert, walau emak introvert, maka harus membantunya mengeluarkan 'energi'nya salah satunya adalah dengan mencari teman sepermainan. Nah, usia anak-anak yang aku ceritain di awal itu rata-rata anak SD dari 7 tahun sampai 10 tahun. Hobinya main sepedaan, kejar-kejaran, gobak sodor, main ayunan pohon, yang standarnya sih emang nggak bisa 'masuk' ke usia anakku. Kalau aku perhatiin dari karakternya, ada anak yang emang suka 'ngebebek' alias ya ikut-ikut aja dan ada anak yang lagaknya seperti 'boss genk', menang sendiri dan suka ngehasut teman-temannya (hayoo sapa yang waktu kecilnya begini 😂😂😂). Si boss genknya nggak cuma satu, tapi tiga orang 😂

Singkat cerita, si boss genk ini (cowok dan cewek paling tua di situ) mulai deh ngehasut yang lain buat nggak berteman sama anakku. Awalnya waktu main di malam hari, karena anakku kesepian dan emang dari sore nggak keluar rumah, jadi dia ngajak main ke tetangga yang ternyata rame anak malam itu. Eh si anak itu tiba-tiba ngajak teman yang lain masuk dong... Kesel dong aku, kayak mikir, emang anakku salah apa 😂 Ya udah, aku langsung bawa anakku masuk dan ngebujuk dia biar dia nggak sedih karena ditinggal teman-temannya.

Beberapa hari selanjutnya waktu pagi hari, aku belanja ke warung, pulangnya mampirkan anakku ke anak yang seumuran dia. Eh ternyata ada si boss genk cilik (6 tahunan) yang bertingkah lagi. Anakku pegang sepedanya dikit udah langsung ditarik sepedanya. Terus endingnya bisik-bisikin anak lainnya biar nggak main sama anakku. Anakku aku beri pengertian biar nggak ikutan mereka. Untungnya anakku cepat ngerti, jadi anakku diem aja sambil nyemil jajan.

gambar : Pixabay


Curhat ke Tetangga

Namanya juga emak-emak kalau ketemu apalagi kalau bukan ngomongin soal anak kan? Nah waktu pagi itu aku sekalian curhat sama ibunya anak yang seumuran anakku, kalau aku sebel sama anak yang suka hasut teman lain biar nggak berteman sama anakku. Syukurnya, emak itu juga jadi cerita, dan bilang kalau anak itu emang gitu 😂 bahkan anaknya sendiri dibikin nangis sama kakaknya si boss genk ini. Haduh, ni masih bocah kok tingkahe cilik mekithik, kwkwkk. Dan si boss genk ini agak nggak punya adab di rumah orang, karena ya itu tadi suka dibiarin anaknya main terus nggak peduli si anak ngapain di rumah orang, bener apa enggak. Akhirnya si mbak tetangga ini tadi yang 'cerewetin' si anak itu biar di rumah orang nggak sembarangan. Kalau aku jujur, masih belum berani negur, paling aku sindir aja. Ada tipe anak suka wadhulan, alias tukang ngadu. Takut aja kalau tiba-tiba dia ngaduin ke orangtuanya dan aku orang baru. Nah mau jadi apa aku? Tempe bacem? 😂
 
Penutup

Pembukaannya lama amat yah..
Intinya memang nggak cukup mendidik anak cuma di lingkungan rumah yah. Kadang di rumah sudah diajarin baik-baik, eh di luar anaknya keikut arus teman-temannya. Kadang juga sebaliknya, anak di rumah kurang dipedulikan orangtua di rumah jadi tetangga atau lingkunganlah yang sering mengingatkan dalam kebaikan. Nggak cuma soal mengintimidasi kawan, tapi juga soal adab sopan santun, dll. Apalagi era digital begini tentu harus dengan pengawasan ketat dan memang harus didampingi penuh ya, si kecil nonton apa, main game apa. Kalau bisa emang berusaha masuk ke dunia mereka. 

Kadang nih ya aku suka berandai-andai, coba saja ada komunitas parenting masuk ke pedesaan seperti ini. Kebanyakan kan seminar parenting hanya ada di online (yang aku tau lho ya) atau di sekolah-sekolah tertentu. Lebih baik lagi kalau komunitas tersebut juga bergerak ke penjuru desa terlebih yang minim akses internet, sehingga bisa menumbuhkan fitrah anak-anaknya juga membentuk adab secara merata. Wah keren banget kan yah.

Apapun itu selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar kita selalu dimudahkan oleh Allah untuk mendidik anak yah, bun. Ada satu doa yang sering aku panjatkan setelah selesai shalat yakni doa Nabi Ibrahim As yang tertuang pada QS As Shafaat ayat 100 :

Robbi habli minassholihin artinya
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.”
gambar : Twitter @teladanrasul

Ini Kata Anggi,
Bagaimana dengan Kata Kamu ?


Jogja, 15 Juni 2021
Anggi 

  • 4 Comments

 

sumber : hot.detik.com

Suatu hari di hari yang sangat tenang, tiba-tiba putri semata wayangku berteriak, "Ma, ayo beli McD BTS!" Gedubrak! Ett dah, padahal emaknya nggak pernah ngasih tau tentang BTS walau emak Kpopers dan beda fandom. 

Hari gini siapa sih yang nggak tau BTS, dari bocah sampai dewasa udah jadi Army. Walau bukan fans berat Kpop, minimal lah tau mukanya aja lewat iklan marketplace hijau dan iklan bank. Sederet penghargaan sudah mereka genggam. Penjualan album hingga menjapai 8,8 juta keping (catatan Desember 2020), hingga menjadi brand ambassador berbagai macam produk yang membantu peningkatan penjualan produk tersebut dalam waktu singkat seperti membuktikan kesuksesan BTS tidak layak dipandang sebelah mata. Nah, baru-baru ini restoran ayam cepat saji menggandeng BTS dengan tambahan sauce khas McD Korea dan tentu saja packagingnya yang sangat BTS sekali...warna ungu 😍😍😍 Tentu saja dooong kekuatan Army yang super duper ini merajalela di hampir seluruh gerai McD demi mendapat packagingnya yang unyu. Aku sendiri bukan big fans-nya BTS tapi ngeliat fandom lain kayak gini tuh jadi ikut seneng aja. Sampai anakku ikut 'teracuni' karena melihat banyaknya review McD x BTS ini tayang di Youtube. 


sumber : hotliputan6.com


Pro dan Kontra 

Fenomena kayak gini tuh tentu saja banyak menimbulkan banyak pro kontra yah. Apalagi suasana masih pandemi seperti ini tentu saja kerumunan delivery food tak terbendung. Kalau yang aku baca di berita bahkan ada gerai yang ditutup paksa sama polisi. Tapi, sisi positifnya, adanya antrian ini juga menjadi ladang rezeki untuk para ojek online, dari cerita mereka yang mendapat uang tip besar dari para Army. Jangan salah, fans Kpop itu banyak yang sangat royal. Jadi kayak dua sisi mata uang yang berlainan, saling nempel.


Cerita Fangirling

Sebenarnya fangirling itu nggak cuma terjadi di era BTS ini aja. Hello, kamu yang kelahiran 90-an apa tidak merasa pernah menjadi fans Westlife, F4, Backstreet Boys, Nsync, Boyzone, dll. Atau mau agak lokal dikit ada boyband G4UL yang digawangi Saiful Jamil, dkk, hihii... (ketauan umur). Sedikit cerita nih, dulu aku penggemar Westlife dan F4. Sebagai remaja yang baru menetas, pindah selera dari lagu Trio Kwek Kwek ke lagu-lagu cinta, tentu saja aku sangat bahagia sekali waktu nemu poster boyband kesayanganku nangkring di lapak majalah dekat rumah. Omku malah belikan aku banyak poster F4 kala itu. Aku pun betah ke perpustakaan buat baca majalah remaja buat nyari kabar tentang mereka.



Lanjut lagi waktu ramai Kpop Gen2, yah you know lah para Kpopers udah bisa nebak siapa saja Kpop Generasi kedua. Ramainya fenomena Kpop ini mulai memanggil hasratku. Seperti biasa namanya juga fans baru pasti heboh nungguin lagu baru mereka, baca cerita fanfiction dari blog orang (dulu belum ada Wattpad), nontonin reality show mereka walau cuma ngambil dari warnet, wakakak. Sungguh sederhana sekali fangirlingku jaman dulu. Berbeda dengan era digital sekarang yang lebih mudah mendapatkan merchandise atau printilan lain menunjang hasrat fangirling. Walau berbeda tapi rasa bahagianya sama. Barangkali itu juga yang dirasakan oleh Army saat bisa mendapat packaging BTS x McD super unyu.

Menurut pengalamanku pribadi, jadi Kpopers itu ada beratnya juga, coy. Merasa kudu banget ngestalk tentang kepribadian dan keseharian mereka. Belum lagi mantengin V-live, reality show, ikut komunitas fandom, beli merchandise, bonusnya nabung buat nonton konser. Berat diongkos, kalau aku sih hihi... Tapi semakin dewasa bahkan udah jadi orangtua semakin bisa mengatur waktu, jadi kegiatan fangirling udah mulai berkurang dan bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Nggak ada yang salah dengan fangirling. Yang salah adalah saat kegiatan fangirling menjadi boomerang buat kita yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengikuti kegiatan mereka tanpa jeda, membeli merchandise atau printilan Kpop dengan memaksakan diri agar terlihat sebagai fans sejati. Aku coba uraikan beberapa 'jebakan' Kpop menurut pendapatku pribadi :

Menjadi Konsumerisme

Nah fenomena McD x BTS ini adalah strategi marketing yang menyasar para fans yang dikenal loyal dan fanatik. Apalagi para Army memperlakukan BTS sebagai referensi utama dan panutan dalam perilakunya setidaknya dalam 4F yakni fashion, fun termasuk musik, film, dan food. Strategi marketing kreatif ini terbukti sangat efektif. Hal negatifnya sih bisa bikin kita terjebak FOMO, apalagi sifat manusia yang selalu menghindari resiko termasuk resiko tertinggal. Menjadi salah apabila membeli suatu produk berbau Kpop (dalam hal ini membahas Kpop ya) dengan memaksa. Ditambah mindset kalau nggak beli barang itu bukan fans sejati. Sebaiknya kita sebagai fans harusnya bijak dalam membeli sesuatu. Mungkin dari orangtua yang mulai menanamkan bijak dalam membeli, mengingat para fans Kpop tidak hanya dari usia dewasa tapi juga remaja tanggung yang masih sangat butuh pengarahan. Mungkin bisa juga dari lingkungan komunitas fandom yang juga turut memberikan edukasi bijak mengenai budaya konsumtif tadi. Contoh, nggak apa-apa kok nggak harus beli merch, dukung aja cukup. Kalau belum ada uangnya nggak apa-apa kok nggak beli album dulu toh tidak mengurangi rasa kebanggaan pada idola. Pengalamanku memantau fans di fandomku, MyDay (i'm a fan of Day6 btw), MyDay di twitter cukup bijak dalam memberi edukasi ke para fans termasuk fans baru. Pernah aku mendapati twitter dari adminnya, dia bilang, ya nggak apa-apa kalau kalian emang belum mampu beli dan nonton konsernya. It takes a village to raise a child ye kan?

Rentan War dan Bully

Era Kpop Generasi kedua jujur, aku belum pernah ngeliat war sih (or maybe aku nggak tau?). Soalnya bebas aja gitu ngeship member satu dengan yang lainnya bahkan sampai bikin video gabungan mereka berdua dijadiin satu adegan ala drama korea, kalau sekarang nyebutnya manip (ya ala ala gitu lah). Hanya sekarang terasa 'war'nya yah 😀😀 Entah karena ngeship atau karena idolanya nggak menang penghargaan 😀😀 

Pembullyan pun juga masih kerap terjadi antara fans kpop vs non kpopers, dan antar fandom itu sendiri. Apalagi di twitter sering suka ada yang ngatain, "ava korea cringe". Padahal yang cringe cuma seorang lho kok seolah jadi nyinyirin semuanya 😂 Ada juga para non Kpopers yang selalu merasa dirinya menjadi 'wah' karena nggak suka Kpop, ngatain muka plastik, dll. Ngapain sih ngatain, capek amat 😂

Ada lagi Ageism dalam fandom. Ageism adalah diskriminasi soal usia memang marak di industri K-pop, di mana para idola sudah “dikarbit” sejak usia semuda 12 tahun. Udah tau lah ya sepak terjang mereka dimulai dari masih piyik banget. Nah, Ageism ini ternyata juga sebuah paradoks dalam budaya Korea yang menjunjung tinggi hierarki berdasarkan umur dan selalu mendahulukan orang yang lebih tua, hingga tahun 2009 pemerintah Korsel mengesahkan UU tentang Larangan Diskriminasi Usia dalam Pekerjaan, yang tidak mengizinkan diskriminasi usia dalam perekrutan, upah, kenaikan pangkat, dan pemutusan hubungan kerja. Dalam fandom sendiri juga ada diskriminasi seperti itu. Misal nih usia 30an dianggap masih seperti anak kecil karena masih suka Kpop. Jadi inget dramanya Park Min Young 'Her Private Life' yang tak mau membuka jati dirinya menjadi Kpopers karena statusnya sebagai kurator dan sudah dewasa.

Tidak Belajar Manajemen Waktu

Belajar mengatur waktu keliatannya mudah tapi emang susah. Ngebagi waktu antara belajar dan kegiatan lain sama ngefangirling! Yuk ah jangan habiskan waktu untuk selalu pantau berita idola, i mean, sampai rebahan seharian nggak ngelakuin apa-apa gitu. Kalau mau fangirling jadi fans berprestasi juga, minimal rajin belajar atau tetap sediakan waktu untuk kegiatan lain secara fokus. Toh itu juga untuk kebaikan dan nilai tambah untuk diri sendiri ya kan?

Over Bucin

Hal paling sering terjadi kalau fangirling itu apa yok, ngaku-ngaku jadi istrinya idola 😂 Boleh sih tapi kurangin dikit aja kadarnya gitu 😁 Kurangin juga bilang 'rahim anget', ini seperti merendahkan diri sendiri lhoo shayyy. Jangan yah shaayy. Harga diri kita mahal.

Meski ada 'jebakan' yang kelihatannya negatif, eh tapi jadi fans Kpop juga banyak kegiatan positifnya. Prestasi terbesar adalah 16 fandom berdonasi untuk korban bencana alam hingga mencapai Rp 1,4 M! 💜💜 Fantastis bukan?

Sebagai penutup, meskipun kita punya idola sendiri tapi semoga menjadi manusia yang lebih bijak lagi yah. Jangan sampai mengidolakan seseorang merubah kita menjadi orang yang mubazir bahkan sampai menganiaya diri sendiri. Nauzubillah... 

Ini Kata Anggi,
Bagaimana dengan kata kamu?

Jogja, Juni 2021
Anggi

Sumber bacaan :
https://magdalene.co/story/hadapi-ageism-ini-cara-idola-perempuan-bertahan-dalam-industri-k-pop
https://gensindo.sindonews.com/read/315306/700/16-fandom-k-pop-indonesia-kumpulkan-rp14-miliar-untuk-korban-bencana-fans-bts-dan-exo-terdepan-1611716511
https://www.kompas.tv/article/182690/belajar-strategi-pemasaran-mcd-lewat-bts-meal-dari-kacamata-akademisi-ugm?page=all
  • 6 Comments

sumber : hancinema.net

Assalamualaikum,
Annyeong... 

Kelar nonton drama Because This Is My First Life, aku langsung marathon nonton drama ini. Drama ini sebenarnya pernah aku tonton sekelebat di channel TVN-D tapi waktu itu udah nyampe episode 11. Then, aku tertarik lagi nonton drama ini karena terpesona sama Go Joon, kayak manly aja gitu liatnya. Nggak terlalu ganteng, wajahnya khas Korea banget tapi ada manis-manisnya :D 

Bukan drama Korea kalau enggak 'nyentil' kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah di drama ini. Jadi ceritanya ada seorang wanita, Jang Ha Ri (Jang Na Ra) yang berusia sangat matang bahkan bisa disebut (maaf) perawan tua. Dia udah lama nggak pacaran sejak 10 tahun terakhir karena sibuk kerja dan emang suka nggak 'ngeh' sama cowok yang lagi pedekate sama dia. Dia memiliki impian besar yaitu menjadi ibu. Dia bekerja di majalah The Baby dan sukses menjadi wakil direktur. Namun impiannya seakan runtuh ketika dia divonis oleh dokter mengidap penyakit endometriosis yang membuatnya agak sulit mengandung. Dokter menyarankannya untuk melakukan tindakan operasi. Namun konsekuensinya adalah peluang untuk hamil semakin tipis. Ha Ri pada saat itu memutuskan untuk tidak operasi dan semakin bersemangat untuk memiliki anak. Ha Ri ingin punya anak tapi nggak mau nikah. Akhirnya muncul ide 'gila'nya yaitu mencari donor sperma yang pada akhirnya tindakannya itu seperti 'membunuh diri'nya sendiri. Donor sperma tidak diperbolehkan selain suaminya sendiri, sepertinya itu juga berlaku di Indonesia ya. Ha Ri dikelilingi tiga pria yang pada akhirnya Ha Ri membuat daftar calon donor sperma dari tiga pria tersebut. Siapakah dia?

Han Yi Sang (Go Joon)

duh manis ahjussi rasa oppa

Han Yi Sang adalah fotografer freelance dan mapan. Hobinya adalah mencoba sesuatu yang baru dan sibuk berkeliling dunia. Hingga akhirnya, sahabatnya yang juga fotografer mengirim komentar di sosial medianya lalu mengajaknya kembali bekerja. Han Yi Sang bertemu dengan Ha Ri secara tak sengaja di sebuah pusat perbelanjaan. Saat itu, Ha Ri sedang mengenakan kostum ala ibu hamil karena Ha Ri baru selesai melakukan pemotretan untuk majalahnya. Sialnya, sakit menstruasi hari saat itu sedang 'kumat'. Ha Ri dikira mau melahirkan, padahal emang lagi sakit kram karena menstruasi. Akhirnya Yi Sang-lah yang membawa Ha Ri ke rumah sakit. Dokter memvonis Ha Ri mengidap endometriosis. Ha Ri sejenak seperti kehilangan kesadaran lalu nggak sengaja mengajak Yi Sang menikah. 

Sebenarnya Ha Ri dan Yi Sang bukan pertama kali ini bertemu. Mereka juga pernah bertemu tiga tahun lalu di salah satu pesta. Ketika itu Yi Sang baru saja patah hati dan Ha Ri emang lagi ngebet aja cari kenalan buat dijadiin suami. Di pesta itu Ha Ri ngekiss Yi Sang itupun karena lagi mabuk, haduuuh mbakk... 

Pokoknya dari awal pertemuan Ha Ri dan Yi Sang ini nggak ada momen yang sweet. Adanya selalu saat Ha Ri bertindak bodoh dan ceroboh. Sebenarnya Yi Sang sudah menaruh hati sama Ha Ri, tapi maju mundur karena Ha Ri sangat menginginkan anak dan mencintai anak-anak sedangkan Yi Sang tidak, itupun karena keadaannya yang ternyata ia kurang subur (subfertil).

Yoon Jae Young (Park Byung Eun)


Jae Young adalah seorang dokter. Ia juga sahabat Ha Ri dari bayi bahkan. Tapi ia akhirnya memilih menikah dengan pujaan hatinya dan meninggalkan Ha Ri. Kemudian ia kembali lagi setelah bercerai dengan istrinya, karena istrinya lebih memilih karir daripada mengasuh anaknya. Ia menginap di rumah orangtua Ha Ri. Jae Young tinggal di lantai bawah sedangkan Ha Ri di lantai atas. Jae Young ini merepresentasikan seorang ayah tunggal yang baru bercerai. Rumah nggak ada, sibuk kerja tapi juga sibuk mengasuh anaknya. 

Choi Kang Eud Ddeum (Jung Gun Joo)


Di antara pemain pria yang usianya tak lagi muda, ada mas mas muda di sini hihi, Jung Gun Joo ini pernah main di drama Extraordinary You dan jadi pria yang patah hati. Ceritanya, Euddeum ini karyawan magang di bagian marketing The Baby. Karakternya muda tapi ceplas ceplos, lugu, agamis, terlalu baik sama orang sampai orang salah paham dikira naksir kwkwk, kayaknya juga anak mami karena selalu bilang 'kata ibuku'. Euddeum ini punya 'bibit unggul', diketahui saat ia sedang melakukan pemeriksaan kesehatan bersama Ha Ri. Si Ha Ri langsung berbinar-binar doong. Ulala banget kan, mana masih muda juga :D 

Jang Ha Ri pilih siapa?



Sebenarnya udah ketebak sih endingnya si Ha Ri jadi sama siapa. Tapi yang bikin menarik itu ya perjalanan cinta mereka, berikut kisah tiga pria yang memiliki perjalanannya masing-masing. Demikian pula dengan teman-teman Ha Ri.

Insight

Drama ini dikemas ringan dan juga menyentuh. Dibumbui dengan komedi dan romansa dewasa, secara mereka menjalin hubungan di usia 40 tahunan bukan yang menye-menye gitu kan. Ada part yang bikin aku terharu adalah saat Ha Ri membuka salah satu majalah ketika setelah operasi dan di majalah itu tertera kata-kata, 'ibuku..ibuku..'. Hal ini menjadi fakta bahwa sebenarnya naluri seorang wanita ya menjadi ibu. Walau meskipun tidak menjadi ibu atau bahkan tidak menjadi seorang istri tidak mengurangi esensi kita sebagai perempuan. Part lain yang paling aku suka adalah interaksi tokoh utamanya, gemessss... Apalagi tatapan Yi Sang ke Ha Ri tuh haduuuuh bikin meleleh hihi.. Cinematicnya juga yah ala ala TVn yang memanjakan mata dengan segala ke-estetikannya.

Ya Tuhan, tolong....

Drama ini memang ringan sih tapi lama-lama aku ngerasanya makin membosankan aja untuk ditonton. Banyak adegan yang aku skip, apalagi kalau si Jae Young ngeganggu hubungan Ha Ri dan Yi Sang. Rasanya kek hih, apa dah, udahlah kemarin 'buang' sahabat sendiri demi cinta eh sekarang nyari Ha Ri lagi. Wajar ya mungkin baru aja kehilangan cintanya, jadi agak labil gitu. Padahal hidup Ha Ri tanpa dia tetap baik-baik aja, toh si Ha Ri cuma nganggap Jae Young 'abang' doang nggak lebih. Penyelesaian konflik antar tokoh drama ini cukup masuk akal, nggak ada yang dilebih-lebihkan.

Jalan Hidup Tak Harus Sempurna



Kisah teman-teman Ha Ri ini super relate banget dengan kehidupan nyata. Sahabat Ha Ri dulu seorang wanita karir, tidak bisa bekerja lagi karena melahirkan dan memiliki anak kembar cowok, tapi dia tetap berusaha ingin bekerja lagi walau banyak yang menolaknya. Kadang-kadang dia pingin kerja lagi tapi di lain sisi juga khawatir sama anaknya kalau dititipin ke orang lain. Dilema emang.

Mantan boss Ha Ri juga setelah melahirkan lebih memilih bekerja di rumah walau honor yang diterima lebih sedikit daripada saat menjadi direktur di Oh My Baby. Ada pula rekan kerja Ha Ri yang sudah menikah namun memilih untuk childfree alias nggak ingin punya anak. Dia juga mengalami tekanan batin karena orangtuanya selalu mengirimkan herbal promil sedangkan ia dan suaminya emang memutuskan nggak mau punya anak. Sedangkan Ha Ri udah mapan, eh pingin punya anak tapi nggak bisa. Kenapa hidup harus sesulit itu?

Hubungan Orangtua dan Anak


Ha Ri sebenarnya juga punya cerita kelam dengan ayahnya. Ayahnya pergi meninggalkan Ha Ri saat Ha Ri masih SD, pas wisuda lagi. Tapi pas lagi sakit, ibu Ha Ri malah merawat ayahnya dan itu membuat Ha Ri berang. Walau sebenarnya ibu Ha Ri melakukan itu juga untuk Ha Ri, karena ibu Ha Ri akhirnya menegaskan pada ayahnya agar nanti jangan mengganggu Ha Ri apalagi sampai meminta uang, mending kerja yang bener terus bayar panti jompo. Ha Ri awalnya nggak mau ketemu sama ayahnya, tapi akhirnya ia memutuskan untuk bertemu ayahnya meski tidak serta merta langsung memaafkan ayahnya. So meskipun punya ayah buruk, ya dia tetap ayah sih, nggak ada bekas ayah ataupun bekas anak meski tak lagi bersama.

Mencintai Bukan Mengorbankan Diri, tapi Penerimaan Diri dan Pasangan


Menuju episode akhir emang Yi Sang galau banget padahal si Ha Ri udah berhenti memikirkan anak. Dia merasa belum bisa membahagiakan Ha Ri karena kondisi subfertilitasnya, eh tapi kangen juga sama Ha Ri. Cerita cinta mereka memang dibikin tarik ulur karena di sisi lain Yi Sang trauma dengan kisah cintanya yang udah berjalan 17 tahun tapi harus putus karena kondisinya dan tidak memiliki titik terang. Padahal si Ha Ri berhenti berusaha memiliki anak juga bukan karena Yi Sang, ya karena emang keinginan dia aja. Akhirnya sih mereka menerima kenyataan dan menjalani hidup secara bahagia serta santai. Tidak terburu-buru memikirkan pernikahan karena memang banyak impian mereka yang belum terwujud.

Walau impianmu mungkin terlihat tidak tercapai, tapi kamu setidaknya bergerak maju -Jang Ha Ri-

Intinya gengs, kita emang nggak bisa meraba masa depan tapi bersama orang yang kita cintai semua akan terasa mudah dijalani. Kita juga nggak bisa nentuin takdir kita akan jadi apa, nikah sama siapa, dikasih anak apa enggak. Kita emang nggak mampu melawan takdir. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha. 

Ini Kata Anggi.
Bagaimana dengan Kata Kamu?

Jogja, Juni 2021
Anggi
  • 2 Comments

Follow Me

  • instagram
  • Blog
  • Twitter
  • Tiktok

Community

1minggu1cerita

recent posts

Labels

1minggu1cerita Beauty Beauty Review Blogger Perempuan BTS Curhat Emak Cushion Drama Korea Isu Terkini Kpop Life Story Lifestyle Marriage Parenting Product Review Review Buku Review Drama

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Archive

  • ►  2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (5)
    • ►  Juli 2023 (5)
  • ►  2022 (9)
    • ►  Maret 2022 (2)
    • ►  Februari 2022 (4)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ▼  2021 (18)
    • ►  Desember 2021 (6)
    • ►  November 2021 (6)
    • ►  Juli 2021 (1)
    • ▼  Juni 2021 (4)
      • Ketika si 4,5 Tahun Mulai Bertanya tentang Kehamilan
      • Curhat Emak - It Takes a Village to Raise a Child
      • Fenomena BTS dan Cerita Fangirling
      • Drama Korea "Oh My Baby" : Kisah Jomblowati yang M...
    • ►  Mei 2021 (1)

Popular

  • Suka Dunia Beauty? Gabung di Beauty Community Saja!
    Suka Dunia Beauty? Gabung di Beauty Community Saja!
    by pixabay Siapa nih yang suka ngobrolin produk kecantikan seperti skincare dan make up? Apalagi saat ini banyak brand kecantikan bermuncula...
  • Emina Aloe Vera Gel
    Emina Aloe Vera Gel
      Soothing gel memang bukan hal baru di dunia skincare. Produk ini udah booming banget sejak munculnya Kbrand beberapa tahun lalu. Biasanya,...
  • Review Scarlett Peeling So Good, Eksfoliasi Wajah Jadi Mudah
    Review Scarlett Peeling So Good, Eksfoliasi Wajah Jadi Mudah
    Peeling So Good Scarlett Akhirnya saya mencoba peeling gel dari Scarlett. Sebenarnya apa sih peeling gel itu? Wajib nggak sih? Peeling gel i...

About Me

 

Stay at home mom. A learner.

Pengikut

instagram

Laporkan Penyalahgunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top