Lawan Beauty Insecurity : Tidak Harus Mengikuti Beauty Trend

Sejak pandemi 2020 lalu, banyak orang mengisi kegiatan bermanfaat di rumah saja. Mulai dari berkebun, mendekor rumah, meningkatkan skill masak, sampai menjadi beauty reviewer. Saya sendiri pernah mereview skincare yang saya pakai di akun khusus beauty tahun 2019 tapi saya tidak melanjutkan lagi karena di akhir tahun sebelum pandemi, saya hijrah ke Jawa dan ngerasain banget ngepack barang itu wadidaww 🤣 Saya kira skincare dan make up saya masih sedikit, ternyata waktu dipacking lumayan penuh, yah walau skincare saya nggak sampai satu lemari sih, tapi tetap saja repot. Akhirnya saya vacum jadi reviewer beauty, sampai hampir dua tahun. 

Belakangan saya mulai aktif lagi di akun pribadi instagram sejak ikut komunitas Ibu Sibuk. Saya ingin membagi hal bermanfaat tapi yang saya suka. Jadi saya mulai memutuskan untuk menjadi beauty reviewer lagi. Ternyata banyak sekali para beauty enthusiast bermunculan, bahkan usianya masih belasan tahun 😍 Seneng banget doooong.... Bahkan mereka lebih aktif di sosial media seperti Instagram dan Twitter. 

Tapi nihhh.... tapi saya jadi insecure karena brand yang saya gunakan sangatlah..... sejuta umat 🤣😆 Saya pernah menuliskan di postingan sebelumnya bahwa saya belajar merutinkan basic skincare CTMP (Cleansing, Toning, Moisturizing dan Protecting) lagi dan saya memutuskan untuk menggunakan produk drugstore sesuai budget saya, serta mudah ditemukan. Saya berprinsip bahwa belajar skincare bisa dimulai dari brand "sejuta umat" yang penting langkahnya bener.

Selain saya sedikit insecure dari brand yang saya gunakan, saya juga insecure sama pengetahuan mereka yang sangat luas tentang dunia kecantikan. Saya merasa nggak hitz, nggak ngikuti tren, nggak hype, hikzz 😢

Menjadi Diri Sendiri

Ingin memberikan informasi tentang kecantikan tapi juga nggak mau "menyiksa" diri. Akhirnya memilih untuk tetap menjadi diri saya sendiri. Saya belajar "mendengar" apa yang menjadi kebutuhan kulit saya sendiri. 

Tidak Harus Mengikuti Trend

Perkembangan produk kecantikan saya akui sekarang sangat berkembang pesat. Berbagai brand melakukan banyak inovasi mulai dari kandungan, packaging serta produk baru. Namun kembali lagi ke preferensi masing-masing yah. Menurut saya, boleh saja mengikuti trend ASAL sesuai dengan yang dibutuhkan. Biar nggak mubadzir kalau nggak cocok. Kalau mau trial, bisa lho membeli produk preloved atau share in jar dulu. Jujur, saya sendiri mengikuti beberapa akun preloved skincare, untuk jaga-jaga aja siapa tau saya mau trial produk tapi nggak mau terlalu mubadzir kalau tidak cocok. Nggak ada salahnya kan. 

Belajar untuk Memperkaya Wawasan

Sebagai orang yang baru saja terjun (lagi) di dunia reviewer, tentu saya tidak berhenti mencari informasi dunia kecantikan seperti kandungan agar tidak memberi pernyataan yang menyesatkan. Dan semua itu adalah proses. Makanya saya masih mengisi blog saya tentang review dan belum hal lain karena saya masih tahap belajar. Saya juga mengikuti mereka para beauty reviewer Gen Z. Saya senang sekali dengan antusias mereka dengan ilmu kecantikan.

Tidak Nyinyir

Merasa sedikit insecure, boleh saja, tapi kembali sama prinsip hidup masing-masing dan TIDAK NYINYIR sama orang yang menggunakan produk yang lagi hitz. Mungkin saja produk itu memang yang dia butuhkan. Mungkin saja dia peroleh hasil giveaway, atau endorsement. Saya sempat membaca thread seorang beauty review, bahwa dia merasa kesal dengan komentar orang yang menjudge bahwa skincare yang dia pakai terlalu mahal, dll. Padahal dia mereview niat untuk membantu orang yang barangkali membutuhkan produk tersebut. 

Skincare Juga Sebuah Perjalanan

Kulit sehat dan terawat tentu tidak diciptakan dalam satu malam apalagi produknya aman, tidak mengandung merkuri, pasti bisa memakan waktu lama untuk mencapai target kita. So, happy dan nikmati saja apa yang kamu punya, apa yang ingin kamu lakukan dengan kulitmu. Semua orang punya perjalanan yang berbeda. 

Buat kamu yang mungkin sedang merasa nggak hitz dari skincare yang dipakai, yuk ah, back to track! Kenali kebutuhan kulitmu dulu. Belajar dasarnya dulu. Mulai dari skincare yang mudah ditemukan. Setelah dimantapkan dan "lulus" baru deh "naik level". Bahagia tidak harus mengikuti trend. Bahagia adalah menjadi diri sendiri. 

Bagaimana pendapatmu? 

Anggi, 

Jogja, Desember 2021

You Might Also Like

1 komentar

  1. hi mbak Anggi!

    hihi sama aku juga sejak pandemi jadi review skincare tapi yang sejuta umat jugaaa haha 😆
    dan sampai sekarang pun masih belajar
    bener banget kata mbak Anggi, sekarang udah muncul buanyak banget anak muda yang review skincare juga dan lebih jago pengetahuannya
    kadang jadi kayak, "aduh, aku kayaknya nggak pantes deh' gtuuuu 😂
    haha tp overall aku menikmati sih coba-coba skincare

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Nanti saya kunjungin balik :)