Merasa "Dikuliti" Buku Level Up Your Marriage
edit by Canva |
Annyeong,
Kemarin aku baru selesai baca buku Level Up Your Marriage punya Miarti Yoga yang terbit tahun 2018 lalu. Sekilas aku akan mereview buku ini sembari curcol #aheeeyyy karena aku sendiri merasa tertampar terjungkal setelah membaca isi dari buku ini.
Buku ini membahas seputar realita kehidupan insan selepas pernikahan yang kadang, bahkan sering banget membuat esensi pernikahan itu menjadi buram. Seringnya nih dari kita sibuk mengumbar romansa pernikahan pasca menikah melalui berbagai foto pernikahan yang sayang dong kalau nggak diupload kan udah bayar vendor mahal (ups...). Nggak henti di situ aja, bahkan pasangan pasca menikah bisa berubah 180 derajat dan seringnya sih jadi alay di depan orang banyak. Kadang malah jadi sibuk komentarin hidup orang, "ayo nikah biar ada yang ngelonin" 😀😀👀👀👀
Mengurai Cerita Ironi Pasca Menikah
Pasca nikah ibarat satu impian sudah dicapai. Sayang ah kalau nggak share rasa bahagianya di khalayak umum setelah menikah, pasca menjadi pasangan halal. Kalau kemarin sebelum nikah mau pegangan tangan aja sungkan, kalau sekarang kan udah bebas bahkan setan aja males liatnya!! Eh upload pemberian suami dikit ah, biar tau kalau suamiku itu baiiiikkk banget... Lagi hamil muda juga nih, jadi males mau kerja apalagi ikut kajian.. Lagipula suami dan mertua ngelarang aku untuk ke mana-mana. Harus banget dong bilang ke semua orang kalau aku tuh sangat dilindungi sama suami dan mertuaku ! Harus banget seluruh dunia tau, sampe bebek, mbek tetangga, bahkan kuda kerajaan Inggris harus dengar kalau aku disayang keluarga !
Aheeeyyyy kerjaan siapa itu...... kkwkwkwkk
😂😂😂😂
Bab pertama dari buku ini mengurai ironi yang sangat menyentil seperti dialog di atas. Btw itu bukan dialog asli dari buku yah tapi intinya kayak gitu dan oooh sungguh menohok kan. Pernah kan kita nemuin dialog para pasangan setelah menikah kayak gitu, atau jangan-jangan kita sendiri pelakunya. Aku sendiri tiba-tiba jadi inget sama diriku sendiri setelah menikah yang aku rasa oh sangat annoying sekali 😆😆 Jujur, aku kuliah di keguruan tapi aku nggak punya passion ngajar. Lebih enak ngajar anak TK. Pasca kuliah aku ngajar di sebuah bimbel untuk anak SMP dan SMA. Then, aku menikah. Setelah menikah nah aku mencari alasan biar aku nggak berangkat ngajar. Pokoknya jadi Anggi yang menyebalkan hahahahaaa. Ada aja alasan, meskipun itu benar, tapi kalau dalam buku Level Up Your Marriage ini tanda komunikasi dewasa ialah menyembunyikan keadaan biar nggak hilang wibawa kita setelah nikah. Eh tapi aku nikah 2015 dan buku ini terbit 2018 kan berarti belum ada bacaan ini dong yah (yah ngeles wae si Anggi 😜😜). Kalau dipikir lagi sih jadi jijik sama diri sendiri karena jadi lebayyyy pasca nikah. Sok banget dilarang ini itu sama suami. Bayangin deh orang yang ngajak bicara aku gimana, mungkin udah eneg aslinya yah wakakakakk...
Terus lagi nih dalam bab satu ini juga dibahas agar kita tidak upper esteemate alias terlampau bangga. Kadang ada yah dari kita ngerasa wow dan bangga sama kolega suami yang wah, apalagi kalau suami adalah karyawan kesayangan boss, sering diajak makan sama boss. Yah terus kenapa gitu kalau suami temannya wow? Apakah mempengaruhi hajat hidup tetangga beserta kambing-kambingnya??? HAHAHAHAHAHA MENYINDIR DIRI SENDIRI.
Hal yang ditakutkan oleh penulis dalam bab ini adalah apabila kita selalu berbohong demi menutupi kemalasan kita untuk bergerak atau bekerja untuk ummat banyak. Sebab mengumbar alasan adalah salah satu bentuk kelemahan diri. Apabila kita terlalu fokus pada rintangan justru malah akan menimbulkan kerumitan-kerumitan dan dari kerumitan ini akan muncul alasan-alasan lain. Apalagi kalau menutupi alasan dengan berbohong bahkan melampaui Tuhan, kalau kata-kata kita jadi bumerang untuk kita kan malah jadi kena musibah karena omongan sendiri. Nauzubillah.
Bajuku Dulu Tak Begini Sekarang Sudah Tak Cukup Lagi
Inget nggak jingle iklan vitamin ini jaman old 😂😆 Seringnya nih ya manusia kalau setelah menikah tuh bawaannya cerita melulu tentang hari pernikahan. Sekian berjalannya waktu malah jadi melempem. Dulunya ketua pengajian eh sekarang ketua rebahan. Dulunya gagah dengan 'taring'nya eh habis nikah kok taringnya kayak lepas. Intinya di bab kedua ini kita selayaknya harus bisa move on dari pernikahan yang melenakan. Orang tak peduli siapa kita dulu tapi yang dilihat adalah sekarang, saat ini.
Aku lulusan guru, dulu pernah ngajar.
YA ITU KAN DULU SAYANG HAHAHAHA
TERUS SEKARANG KAN NGGAK !! NGGAK ADA PENGARUHNYA SAMA KEHIDUPAN SEKARANG SELAIN NGGAK MENDAPAT GAJI 😂😂😂
Dulunya aku langsing, sekarang langsung.
YA ITU KARENA KAMU MALAS OLAHRAGA DAN KEBANYAKAN MAKAN SISA MAKANAN ANAK HAHAHAHAHAH
Dikatakan penulis bahwa pernikahan adalah sebuah fase di mana banyak peran yang kita emban, semakin banyak tanggung jawab kita justru harus lebih semangat untuk berjibaku selain berfokus pada kegiatan rumah tangga. Membaca ini aku jadi ingat kata ibu Septi Peni founder Ibu Profesional, melingkar ke dalam, lalu keluar. Maksudnya adalah kita benahi dulu dalam rumah tangga kita lalu kita bergerak untuk lingkungan sekitar.
Membangun Kembali Visi Misi Pernikahan
Bab ketiga ditutup dengan tafakur panjang setelah pernikahan. Buat yang udah memasuki usia 5 tahun pernikahan atau lebih nih ya pasti ngerasa dong ya kok visi misi pernikahan kayak ngilang (eh atau bahkan nggak pernah tau visi misi nikahnya apa 😆😆😆). Jujur aku sendiri juga saat ini merenung visi misi pernikahan kami itu apa. Kok ya malah ikut arus aja karena jalan takdir kami naik turun benar-benar kayak roller coaster aku sendiri sampe mabok 😆 Yang bisa aku lakukan saat ini adalah fokus belajar ilmu terutama pada ilmu agama, ilmu parenting dan fokus sehat mental dan raga di era pandemi yang sangat membosankan ini. Kadang-kadang aku menjadi sangat marah dengan keadaan kalau lagi overthinking ditambah anak kalau lagi rewel. Sering ngerasa susah banget jadi orangtua, karena susah makanya aku belajar terus sampai hilang kalimat "hidup kok gini-gini aja" 😂. Hidup nggak akan gini-gini aja kalau punya fokus ya kan.
Ada epilog dalam buku mengenai dialog tentang waktu, di mana waktu lebih berharga dari apapun. Desain isi halaman buku ini sangat feminin dengan perpaduan pink putih membuatku betah membaca ditambah sajak yang menyentuh kalbu serta kandungan ayat Al Qur'an sebagai bukti bahwa kita sebagai manusia seharusnyalah menjaga kehormatan diri. Selain membahas kisah ironi umumnya pasca pernikahan, ada juga tips berkomunikasi baik dengan orang lain supaya tidak hilang wibawa kita serta motivasi untuk kita agar tetap bangkit meski sudah menikah. Buku ini cocok banget buat yang mau nikah atau yang sudah menikah agar lebih merenungi nasib arti dari pernikahan 😁😁😁 Pokoknya kalau aku sangat relate dengan buku ini. Kalau mau baca silakan download di Ipusnas yaa. Aku tim gratisan makanya sering pinjam di Ipusnas 😆😆
Ini Kata Anggi
Bagaimana dengan Kata Kamu ?
Jogja, 7 Juli 2021
Anggi
0 komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Nanti saya kunjungin balik :)